Rabu, April 24, 2013

Surat Cinta untuk Ayah dan Ibu

Assalamualaikum…




Untuk ayah ibu yang aku cintai…

kalian lah jiwa ku.. Yang selalu memberikan semangat dan senyum di hari-hari ku.. Senyum kalian, adalah kehidupan bagi ku.. Tangis kalian, adalah kehancuran ku.. Keringat yang bercucuran di wajah kalian, adalah inspirasi ku..

Duhai ibu…

Tanpa engkau aku tak akan menjadi seperti ini. Dengan semangat mu yang berani, aku dapat berdiri tegak di tengah goyahnya jiwa di terpa badai topan. Tanpa mu, aku hanya lah gadis kecil yang tak akan mengerti tentang tenangnya jiwa seorang perempuan yang gagah.
ibu, suara mu begitu merdu ku dengar. Di kala kau menyanyikan dan menceritakan sebuah kisah sebagai pengantar tidur ku. Tapi itu dulu Bu.. Dulu…sebelum aku mengenal kata gengsi. Namun, di usia ku yang ke 19, aku malu jika kau masih melakukannya. Entah mengapa? Aku tak ada alasan yang tepat sehingga aku gengsi mengakuinya. ya.. begitu sombongnya aku.Namun, begitu aku merindukan hal itu bu.

Ibu, kau adalah perempuan yang paling kuat yang pernah ku kenal. Aku pernah mendengar cerita seorang Cut Nyak Dien Bu, pahlawan perempuan yang berasal dari Aceh. Aku juga tahu, ada sesosok perempuan bernama R.A Kartini, yang berjasa besar dalam membela hak kaum perempuan. Siapa yang tak kenal mereka berdua. Dua sosok perempuan tangguh. Dan mungkin masih banyak lagi perempuan-perempuan lain yang sama seperti mereka, atau bahkan lebih. Namun, di mata ku. Kau lah perempuan yang paling tangguh itu Bu! Kau lah perempuan yang tak pernah dan tak ingin kalah dengan semua keadaan hidup yang begitu sulit di jalani.
Bu, kau bagaikan malaikat ku. Sewaktu kecil, begitu telitinya kau menjaga ku. Tak kau biarkan seekor nyamuk pun yang menggigiti kulit halus ku waktu itu. Di saat aku sakit, kau rela tidak tidur untuk menjaga ku dan mendamaikan hati ku. Sentuhan mu, membuat ku tak berdaya. Ya.. bagaikan terusap oleh semilir sejuk angin di kala senja.

Tapi, apa yang dapat ku berikan pada mu saat ini Bu? Tidak ada! Aku hanya dapat menyusahkan mu. Membuat mu sedih dengan semua ucap dan perbuatan yang terkadang menyayat hati mu. Aku hanya membuat mu gelisah, ketika aku lupa waktu pulang karena kesibukan-kesibukan ku sebagai mahasiswa. terkadang aku bertanya?apakah Allah kan memaaf kan ku, dengan apa yang telah aku lakukan pada mu?

Dengan selembar kertas  ini. Aku mohon maaf pada mu Bu. Aku tahu, maaf ku tidak akan berarti apa-apa. Karena di dalam lubuk hatimu, kau selalu menutup kesalahan ku yang begitu banyak ini, dengan cinta mu yang begitu sangat besar.

Ya.. aku belum bisa membahagia kan mu saat ini Bu. Namun, di setiap sujud ku, namamu selalu ku panggil. Jikalau waktu dunia tak berkehendak untuk kita selalu bersama. Tapi aku yakin, di akhirat nanti kita kan saling berpelukan, sambil menikmati indah nya syurga akhirat.A..min
Ayah… wajah mu selalu tegar. Walau kulit mu sudah mulai keriput, dan tubuh mu tidak lagi sekekar yang dulu. Namun, aku masih sangat mengenal mu sebagai sesosok lelaki yang selalu memberikan semangat dan cinta hingga rela berkorban untuk sang anaknya.

Betapa sering aku mengecewakan mu ayah. Dengan semua keluh kesah ku pada mu. Dan betapa tak tahu diri nya aku. Ketika aku sampai marah pada mu, karena engkau tak memberikan uang jajan yang cukup pada ku. Padahal di balik itu, keringat mu bercucur deras, untuk mendapatkan uang demi memberi  nafkah dan menyekolahkan anaknya. Sampai-sampai kau tak bisa tidur di waktu malam, untuk memikirkan hari esok nya.




Ayah, aku begitu takut. Dikala dokter berkata bahwa kau harus banyak istirahat. Penyakit darah tinggi yang telah menggerogoti mu sejak puluhan tahun yang lalu, memaksa diri mu untuk sejenak berhenti bekerja, dan berhenti memikirkan hal-hal yang berat. Dari itu ku tahu ayah… Begitu berat beban yang kau rasakan. Aku sempat berfikir, akan kah masih ada waktu untuk ku mengabdi pada mu? Namun secepat mungkin aku menghilangkan fikiran itu. Karena sungguh, aku belum siap untuk kehilangan mu. Aku mencintai mu ayah…

Aku tahu, kau hanya memiliki ijazah hingga lulusan SMA. Kau tak sempat menyicipi rasanya menjadi seorang mahasiswa. namun, begitu hebat nya kau ayah. Tekad mu sungguh sangat besar ntuk menyekolahkan kelima anak mu untuk menjadi sarjana-sarjana yang bisa kau banggakan. Aku tahu, itu semua tidak lah lepas dari sebuah pengorbanan yang sangat besar. Sekarang,  tiga anak mu  sudah menjadi sarjana ayah… Dan kami telah berjanji bersama. Untuk membahagiakan mu nantinya.

Ayah… Ibu..

Ketika aku menuliskan surat cinta ini, air mata ku tak henti menetes. Karena aku malu ayah.. Ibu.. aku malu pada diri ku sendiri. Yang belum bisa membahagiakan kalian. Aku malu, dikala aku selalu saja meminta, meminta dan terus meminta, tanpa memperhatikan kondisi kalian.
Aku sangat mencintai mu, ayah..Ibu.. sangat mencintai kalian..
Maafkanlah aku.. sungguh maaf kanlah aku, yang belum bisa membalas cinta kalian seutuhnya. Aku yakin, Allah lah yang akan membalasnya, lebih besar dari apa yang bisa kami lakukan nanti.
Ketika surat ini telah kalian baca seluruhnya, aku ingin sebuah pelukan hangat dari kalian berdua. aku ingin mencium kaki kalian, dan meminta maaf pada mu, ayah, ibu.
Ya.. hanya menulis sebuah surat ini yang baru bisa ku lakukan..  Wajah kalian, kan menjadi kekuatan ku, di saat aku lemah. Menjadi inspirasi ku, di saat semua kegiatan menyita waktu ku. Dan menjadi cita-cita ku, untuk selalu membahagiakan kalian.

Terimakasih ayah…

Terima kasih ibu…

Aku mencintai mu ayah….

Aku mencintai mu ibu…

Wassalamu’alaikum….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar