Sabtu, Februari 07, 2015

Autisma



PENGANTAR

Autisma, sebuah sindrom gangguan perkembangan system saraf pusat yang ditemukan pada sejumlah anak ketika masa kanak – kanak hingga masa – masa sesudahnya. Ironisnya, sindrom tersebut membuat anak – anak yang menyandangnya tidak mampu menjalin hubungan social secara normal bahkan tidak mampu untuk menjalani komunikasi dua arah.
Varian symptom yang dimiliki olah setiap anak dengan sindrom autisma berbeda – beda. Ada varian symptom yang ringan dan ada juga yag berat. Akan tetapi, secara umum dpat dispesifikasikan ke dalam tiga hal yang mencangkup kondisi mental, kemampuan berbahasa serta usia si anak.
Sebagai sindrom, autisama dapat disandang oleh seluruh anak dari berbagai tingkat social dan kultur. Hasil survei yag diambil dari beberapa anak per 10.000 anak berpeluang menyandang autisma dengan rasio perbandingan 3:1 untuk anak laki – laki dan perempuan. Dengan kata lain, anak laki – laki lebih renta menyandang sindrom autisma disbandingkan anak perempuan. Bahkan diperediksikan oleh para ahli bahwa kuantitas anak autisma pada tahun 2010 akan mencapai 60% dari keseluruhan populasi anak diseluruh dunia.

Spesifikasi Diet
Dari berbagai aspek, anak autisma memiliki batasan – batasan untuk membantu diri mereka lebih terkontrol dengan baik. Batasan yag diberikan bukan hanya dalam hal bermain, beraktivitas, tetapi juga dalam hal makanan. Aspek pengaturan pola makanan sedemikian penting bagi anak autisma karena suplai makanan merupakan bahan dasar pembentuk neurotransmitter.  Di samping itu, sebagian besar anak autisma juga mengalami reaksi alergi dan intoleransi terhadap makanan dengan kadar gizi tinggi. Efeknya, zat – zat makanan yang seharusnya membentuk neurotransmitter untuk menunjang keseimbangan kerja system saraf, justru dalam tubuh anak autisma diubah menjadi zat lain yang bersifat meracuni syaraf atau neurotoksin.
Mekanisme pencernaan yang tidak sempurna dalam tubuh anak autisma dipegaruhi oleh kondisi flora usus yang tidak seimbang. Kuantitas jamur dan bakteri yang berlebihan dalam usus mereka membuat sebagian besar anak autisma mengalami kebocoran usus atau leaky gut. Kondisi ini semakin memperburuk kondisi pencernaan anak autisma, di mana zat makanan yang sebagian besar berbahan dasar gluten dan kasein tidk dapat tercerna dengan baik oleh usus diubah menjadi asam amino tunggal yang kemudian terbwa masuk ke dalam aliran dalam bentuk pecahan protei yang tidak sempurna atau dikenal sebagai peptida. Peptide inilah yang bersifat meracuni otak anak autisma ketika bersinergi dengan reseptor opioid dalam otak.

Spesifikasi diet bagi anak autisma mencangkup :
1.      Bahan makanan yang mengandung dluten yang biasanya terdapat dalam gandum, tepung terigu atau maizena, oat, barley, dan lain – lain.
2.      Bahan makanan yang mengandung kasein yang biasanya terdapat dalam susu hewan.
3.      Bahan makanan yang mengandung penyedap rasa atau MSG yang biasanya ditulis dengan istilah seasoning atau bumbu lain.
4.      Bahan pemanis dn pewarna buatan seperti permen, saus tomat (juga mengandung gandum), minuman kemasan.
5.      Makanan yang diawetkan seperti makanan kalengan, sosisi, makanan olahan atau makanan jadi yang dijual di dupermarket.
6.      Makanan siap saji atau fast – food.
7.      Minuman berkabonasi atau softdrink.
8.      Buah – buahan tertentu seperti anggur, pi, lengkeng, pisang, apel, jeruk, tomat, almond, cherry, prune, peach, strawberry, melon, mangga yang terlalu manis, ketimun.
9.      Jenis air tertentu, seperti air ledeng, air sumur.
10.  Kurma, jagung, santan, minyak kelapa atau kelapa sawit, abon sapi.
11.  Gelatin, mayones, mustard, cuka, serbat.
12.  Ebi, kornet, dendeng, ham, bologna, telur asin, ikan asin, daging kambing.
13.  Ketang goring atau keripik kentan, rempeyek.
14.  Semua jenis gula tanpa terkecuali selain jenis gula yag direkomendasikan doter atau terapis.
15.  Madu dengan campuran gula.

Makanan yang dapat dikonsumsi oleh anak autisma :
-          Jenis karbohidrat.
-          Jenis sayuran.
-          Jenisa kacang – kacangan dan biji – bijian atau protein nabati.
-          Protein hewani.
-          Buah – buahan.
-          Minuman.
-          Bumbu masak.
-          Minyak.
-          Gula, dan lain – lain.

Dukungan Orangtua
Kehadiran anak di tengah sebuah keluarga menjadi pelengkap kebahagiaan. Hanya saja, banyak keluarga yang kurang memberikan perhatian terhadap anak – anak mereka, terutama jika anak itu di kemudian hari megalami gangguan pada perkembangannyaataupun pada mentalnya.
Kondisi ini ternyata menjadi sorotan perhatian banyak pihak. Diyakini bahwa perhatian, cinta kasih dan ungkapan sayang dari orangtua memiliki efek terapeutik tersendiri bagi anak dalam proses peyembuhannya. Keuntungan atas peran aktif para orangtua anak autisma yauti mempermudah ruang bagi terapis atau psikiatri untuk mengetahui simpom autisma yang disandang seorang anak secara detail.
Termasuk diantaranya penerapan terapi diet bagi anak autisma sehingga anak akan tereliminir dari zat – zat makanan yang emang secara biologis memiliki dampak yang tidak menguntungkan bagi metabolisme tubuh dan sinerginya bagi biologis, termasuk sinerginya bagi perilaku, kemampuan berfikir, mood, kreativitas, hingga minat anak.

Psikoterapi
Psikoterapi merupakan terapi khusus bagi anak autism yang dalam pelaksanaannya harus melibatkan peran aktif dari orangtua. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif verbal dan non verbal yang memungkinkan orangtua lebih mendekatkan diri kepada anak autisma mereka dan lebih mengenal lagi berbagai kondisi anak secara mendetail guna membantu proses penyembuhan anak. Hal ini menjadi suatu hal yang sangat acuh tak acuh terhadap anak autisma. Akibatnya, perkembangan yang dicapai anak pun sangat rendah karena kurangnya partisipasi orangtua untuk turut serta melatih dan mengajarkan anak sesuai level symptom autisma yang disandangnya.

Stimulus Reseptor Indra Penglihat
            Indra penglihat merupakan salah satu indra yang fungsinya terganggu akibat seorang anak menyandang sindrom autisma. Beberapa bentuk gangguan yang kerap ditemukan pada fungsi indra penglihat anak autisma adalah kesulitan kontak mata, keternatasan fokus mata terhadap benda – benda tertentu, dan sebagainya.
            Tidak adanya kontak mata dari anak autisma membuat mereka sulit untuk memfokuskan diri dalam mengamati suatu benda sehingga kerap timbul rasa depresi jika mereka dihadapkan pada objek – objek yang masih asing.
            Itulah alas an mengapa anak autisma sulit melakukan kontak mata atau memfokuskan pandanganya terhadap suatu objek, bahkan sulit pula mengkomparasi benda yang memiliki sedikit persamaan. Ada beberapa cara terapi untuk anak autisma :
1.      Bimbim anak untuk menggembungkan kedua pipinya lalu membeliakkan kedua matanya secara berulang – ulang.
2.      Ajak anak untuk bermain ciluk baa tau bermain dengan cara membuka dan menutup kedua matanya dengan telapak tangan secara berulang – ulang.
3.      Bimbing anak untuk merangkak melewati terowongan tirun yang dindingnya memiliki beragam warna secara berulang sesuai minat anak.
4.      Ajak anak untuk membuat gelembung udara dengan berbagai ukuran dari air sabun. Lakukan ini sesuai minat anak.
5.      Ajak dan temani anak bermain petak umpet. Lakukan permainan untuk beberapa lama sesuai minat anak.
6.      Ajarkan dan praktekkan kepada anak tentang penggunaan sun glasses atau kacamata hitam untuk melindungi mata dari sinar matahari.
7.      Ajak dan temani aak bercermin atau melihat muka dan dirinya sendiri dalam cermin untuk beberapa saat sesuai mood anak. Untuk beberapa lama,, berikan kesempatan padanya untuk apa saja yang ia mau di depan cermi.
8.      Nyalakan sebuah lampu senter lalu arahkan ke salah satu benda yang ada di dalam ruma lalu bujuk anak untuk terus – menerus memandangi benda atau objek yang terkena pancaran cahaya lampu senter tadi. Lakukan selama 2-3 menit untuk menghidari mata anak menjadi lelah. Lalu ulangi kembali beberapa kali.
9.      Ajak anak untuk masuk ke dalam kamar. Lalu padamkan lampu dan nyalakan kembali setelah beberapa lama. Lakukan sekitar 4-5 menit dan usahakan agar anak tidak merasa takut lalu berteriak histeris atau bertindak agresif.
10.  Dan lain – lain.


Stimulus Reseptor Indra Pendengar
            Fungsi indra pendengar pada setiap individu sangat vital. Keberadaannya membuat setiap individu dapat merasakan berbagai sensasi bunyi, yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan.
            Suara yang dikeluarkan oleh suatu benda bahkan dapat menjadi cirri khas setiap objek di sekitar kita, baik yang berup makhluk hidup seperti hewan maupun benda mati lainnya yng memang dirancang memiliki fitur suara, contohnya handphone, walkman.
            Indra pendengar yang berfungsi cukup lemah pada sebagian besar anak autisma membuat mereka kehilangan kemampuan untuk mengindra suatu benda tanpa harus melihat wujud atau fisik benda tersebut. Bahkan, keterbatasan fungsi indra pendengar ini membuat anak autisma mengalami disfungsi pada sistem motorik halus tubuhnya dan sistem sensitivitas rasa. Sebagai betuk psikoterapi bagi indra pendengar anak autisma, tersaji berbagai varian teknik bermain yang berkhasiat merangsang ketajaman indra pendengar anak autisma berikut sensitivitasnya terhadap ragam gelombang bunyi.
1.      Bisikan sesuatu ke telinga anak. Mulai dengan kalimat yang sederhana hingga kalimat yang kompleks. Mulai dengan suara yang lembut atau perlahan sampai suara yang cukup keras. Lakukan hal ini secara perlahan dan berulang – ulang untuk melatih sesitivitas pendengaran anak.
2.      Saat anak hendak tidur, dendangkan lagu nina bobo untuk sampai anak tertidur pulas. Terapi music diyakini dapat mengubah gelombang otak sehingga menjadi rileks. Rileksasi pada otak juga membuat seluruh otot dan saraf rileks dan balans.
3.      Ajak anak bermain lalu perdengarkan siulan yang berbeda – beda kepadanya. Amati setiap respons yang diberikan oleh anak terhadap setiap ritme siulan. Lalu peragakan dan ajarkan kepadanya cara bersiul sesuai nada yang ia senangi.
4.      Sembunyikan satu atau beberapa benda yang dapat mengeluarkan bunyi atau suara, seperti kotak music atau weker. Kemudian, ajak anak untuk mencari dan menemukan beda yang menjadi sumber sura atau sumber bunyi yang didengar oleh anak.
5.      Ajarkan kepada anak tata cara bertelepon atau berbicara dengan orang lain melalui telepon. Jika anak terlalu agresif, dapat menggunakan telepon mainan yang terbuat dari plastik atau alat lainnya yang berfungsi serupa seperti telepon.
6.      Kumpulkan beberapa alat musik yang Anda miliki. Kemudian, ajak dan ajarkan anak cara memainkan setiap alat musik tadi. Lakukan hal ini sesuai minat dan mood anak dengan pengontrolan yang ketat.
7.      Jika alat musik tidak tersedia, perdengarkan kepada anak berbagai jenis musik dengan menggunakan earphone. Jika anak hanya menyukai jenis musik tertentu, jangan memaksa untuk mendengarkan jenis musik lainnya.

8.      Selain menggunakan media telepon, ajarkan pula kepada anak cara berkomunikasi dengan walky talky. Jika alat ini tidak ada, Anda dapat membuatnya sendiri dari kaleng bekas yang diberi seutas tali. Hati – hati agar kaleng tidak melukai anak. Lakukan hanya jika anak memiliki mood yang baik.
9.      Dan lain – lain.

Catatan :
v  Dalam melakukan permainan, respon yang diberikan setiap anak akan berbeda – beda. Oleh karena itu, diperlukan beberapa kali pengulangan dalam melakukan setiap permainan. Waktu minimal yang disaranka adalah 4-5 menit.
v  Pada beberapa anak dimungkinkan terjadi respons buruk berupa perilaku agresif atau hiperaktif. Untuk itu, diperlukan kesabaran dalam melakukan setiap teknik permainan.
v  Pastikan kondisi ruangan atau kamar tempat bermain aman dari berbagai hal yang tidak diinginkan. Perhatikan instrume ruangan yang berbahaya bagi anak, contohnya panel listrik.
Stimulus Refleks Motorik
            Gerakan motorik anak autisma terkadang mengalami gangguan karena sensitivitas indra yang juga terganggu. Dalam banyak hal, reaksi motorik halus dan kasar anak autisma bahkan berlebihan karena persepsi anak autisma terhadap segala sesuatu yang diterimana sama sekali berbeda dengan persepsi anak normal. Tercatat anak autisma kerapa menganggap bahwa segala sesuatu yang ditunjukan kepadanya merupan hal buruk yang perlu mereka hindari. Oleh karena itu mereka cenderung enggan melakukan berbagai aktivitas bermain secara normal yang memerlukan keterampilan dan koordinasi motorik yang baik.
            Buruknya, refleks motorik anak disebabkan  oleh rendahnya kadar precursor serotonin yang disebut triptofan sehingga berefek pada tampilan perilaku anak  yang cenderung dintaranya agresif, tantrum, dan bahkan phobia terhadap berbagai benda. Ada beberapa terapi untuk anak autisma :
1.      Ajak dan temani anak berolah raga dengan berlari – lari kecil seraya bergandengan tangan. Jika kondisi anak memungkinkan bisa mengajaknya berlari lebih cepat lagi dari sebelumnya. Lakukan hal ini hanya pagi hari.
2.      Saat anak terlihat tidak sedang tidak murung, ajak ia duduk berhadap – hadapan dengan Anda. Lalu ulurkan tangan ke depan dan pegang kedua tangannya. Goyangan tubuh Anda ke kiri dan kanan secara bergantian sampai anak ikut bergoyang seperti Anda ke kiri dan ke kanan.
3.      Ajak anak berlari – lari kecil lalu buat permainan saling berkejar – kejaran. Lakukan permainan ini hanya di ruang terbuka dan sesuai keinginan anak.
4.      Dudukan anak di atas pudak Anda lalu bawa serta berjalan – jalan mengitari ruangan atau mengitari rumah. Pegang erat tubuh anak agar tidak terjatuh.
5.      Gendong anak di punggung lalu bawa serta diriya berlari – lari sekitar rumah. Usahakan agar anak merasa nyaman dengan permainan ini. Lakukan minimal 4-5menit.
6.      Ajak anak untuk mencoba permainan menunggang kuda. Peragakan bagaimana cara dirinya menunggangi punggung Anda seperti sedang menunggang seekor kuda.
7.      Dan lain – lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar