PENGANTAR
Autisma, sebuah sindrom
gangguan perkembangan system saraf pusat yang ditemukan pada sejumlah anak
ketika masa kanak – kanak hingga masa – masa sesudahnya. Ironisnya, sindrom
tersebut membuat anak – anak yang menyandangnya tidak mampu menjalin hubungan
social secara normal bahkan tidak mampu untuk menjalani komunikasi dua arah.
Varian symptom yang
dimiliki olah setiap anak dengan sindrom autisma berbeda – beda. Ada varian
symptom yang ringan dan ada juga yag berat. Akan tetapi, secara umum dpat
dispesifikasikan ke dalam tiga hal yang mencangkup kondisi mental, kemampuan
berbahasa serta usia si anak.
Sebagai sindrom,
autisama dapat disandang oleh seluruh anak dari berbagai tingkat social dan
kultur. Hasil survei yag diambil dari beberapa anak per 10.000 anak berpeluang
menyandang autisma dengan rasio perbandingan 3:1 untuk anak laki – laki dan
perempuan. Dengan kata lain, anak laki – laki lebih renta menyandang sindrom
autisma disbandingkan anak perempuan. Bahkan diperediksikan oleh para ahli
bahwa kuantitas anak autisma pada tahun 2010 akan mencapai 60% dari keseluruhan
populasi anak diseluruh dunia.
Spesifikasi
Diet
Dari berbagai aspek,
anak autisma memiliki batasan – batasan untuk membantu diri mereka lebih
terkontrol dengan baik. Batasan yag diberikan bukan hanya dalam hal bermain,
beraktivitas, tetapi juga dalam hal makanan. Aspek pengaturan pola makanan
sedemikian penting bagi anak autisma karena suplai makanan merupakan bahan
dasar pembentuk neurotransmitter. Di
samping itu, sebagian besar anak autisma juga mengalami reaksi alergi dan
intoleransi terhadap makanan dengan kadar gizi tinggi. Efeknya, zat – zat
makanan yang seharusnya membentuk neurotransmitter untuk menunjang keseimbangan
kerja system saraf, justru dalam tubuh anak autisma diubah menjadi zat lain
yang bersifat meracuni syaraf atau neurotoksin.
Mekanisme pencernaan
yang tidak sempurna dalam tubuh anak autisma dipegaruhi oleh kondisi flora usus
yang tidak seimbang. Kuantitas jamur dan bakteri yang berlebihan dalam usus
mereka membuat sebagian besar anak autisma mengalami kebocoran usus atau leaky gut. Kondisi ini semakin
memperburuk kondisi pencernaan anak autisma, di mana zat makanan yang sebagian
besar berbahan dasar gluten dan kasein tidk dapat tercerna dengan baik oleh
usus diubah menjadi asam amino tunggal yang kemudian terbwa masuk ke dalam
aliran dalam bentuk pecahan protei yang tidak sempurna atau dikenal sebagai peptida. Peptide inilah yang bersifat
meracuni otak anak autisma ketika bersinergi dengan reseptor opioid dalam otak.
Spesifikasi diet bagi anak autisma mencangkup :
1. Bahan
makanan yang mengandung dluten yang biasanya terdapat dalam gandum, tepung
terigu atau maizena, oat, barley, dan lain – lain.
2. Bahan
makanan yang mengandung kasein yang biasanya terdapat dalam susu hewan.
3. Bahan
makanan yang mengandung penyedap rasa atau MSG yang biasanya ditulis dengan
istilah seasoning atau bumbu lain.
4. Bahan
pemanis dn pewarna buatan seperti permen, saus tomat (juga mengandung gandum),
minuman kemasan.
5. Makanan
yang diawetkan seperti makanan kalengan, sosisi, makanan olahan atau makanan
jadi yang dijual di dupermarket.
6. Makanan
siap saji atau fast – food.
7. Minuman
berkabonasi atau softdrink.
8. Buah
– buahan tertentu seperti anggur, pi, lengkeng, pisang, apel, jeruk, tomat,
almond, cherry, prune, peach, strawberry, melon, mangga yang terlalu manis,
ketimun.
9. Jenis
air tertentu, seperti air ledeng, air sumur.
10. Kurma,
jagung, santan, minyak kelapa atau kelapa sawit, abon sapi.
11. Gelatin,
mayones, mustard, cuka, serbat.
12. Ebi,
kornet, dendeng, ham, bologna, telur asin, ikan asin, daging kambing.
13. Ketang
goring atau keripik kentan, rempeyek.
14. Semua
jenis gula tanpa terkecuali selain jenis gula yag direkomendasikan doter atau
terapis.
15. Madu
dengan campuran gula.
Makanan yang dapat dikonsumsi oleh anak autisma :
-
Jenis karbohidrat.
-
Jenis sayuran.
-
Jenisa kacang – kacangan dan biji –
bijian atau protein nabati.
-
Protein hewani.
-
Buah – buahan.
-
Minuman.
-
Bumbu masak.
-
Minyak.
-
Gula, dan lain – lain.
Dukungan
Orangtua
Kehadiran anak di
tengah sebuah keluarga menjadi pelengkap kebahagiaan. Hanya saja, banyak
keluarga yang kurang memberikan perhatian terhadap anak – anak mereka, terutama
jika anak itu di kemudian hari megalami gangguan pada perkembangannyaataupun
pada mentalnya.
Kondisi ini ternyata
menjadi sorotan perhatian banyak pihak. Diyakini bahwa perhatian, cinta kasih
dan ungkapan sayang dari orangtua memiliki efek terapeutik tersendiri bagi anak
dalam proses peyembuhannya. Keuntungan atas peran aktif para orangtua anak
autisma yauti mempermudah ruang bagi terapis atau psikiatri untuk mengetahui
simpom autisma yang disandang seorang anak secara detail.
Termasuk diantaranya
penerapan terapi diet bagi anak autisma sehingga anak akan tereliminir dari zat
– zat makanan yang emang secara biologis memiliki dampak yang tidak
menguntungkan bagi metabolisme tubuh dan sinerginya bagi biologis, termasuk
sinerginya bagi perilaku, kemampuan berfikir, mood, kreativitas, hingga minat
anak.
Psikoterapi
Psikoterapi merupakan
terapi khusus bagi anak autism yang dalam pelaksanaannya harus melibatkan peran
aktif dari orangtua. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif verbal dan
non verbal yang memungkinkan orangtua lebih mendekatkan diri kepada anak
autisma mereka dan lebih mengenal lagi berbagai kondisi anak secara mendetail
guna membantu proses penyembuhan anak. Hal ini menjadi suatu hal yang sangat
acuh tak acuh terhadap anak autisma. Akibatnya, perkembangan yang dicapai anak
pun sangat rendah karena kurangnya partisipasi orangtua untuk turut serta
melatih dan mengajarkan anak sesuai level symptom autisma yang disandangnya.
Stimulus
Reseptor Indra Penglihat
Indra
penglihat merupakan salah satu indra yang fungsinya terganggu akibat seorang
anak menyandang sindrom autisma. Beberapa bentuk gangguan yang kerap ditemukan
pada fungsi indra penglihat anak autisma adalah kesulitan kontak mata,
keternatasan fokus mata terhadap benda – benda tertentu, dan sebagainya.
Tidak
adanya kontak mata dari anak autisma membuat mereka sulit untuk memfokuskan
diri dalam mengamati suatu benda sehingga kerap timbul rasa depresi jika mereka
dihadapkan pada objek – objek yang masih asing.
Itulah
alas an mengapa anak autisma sulit melakukan kontak mata atau memfokuskan
pandanganya terhadap suatu objek, bahkan sulit pula mengkomparasi benda yang
memiliki sedikit persamaan. Ada beberapa cara terapi untuk anak autisma :
1. Bimbim
anak untuk menggembungkan kedua pipinya lalu membeliakkan kedua matanya secara
berulang – ulang.
2. Ajak
anak untuk bermain ciluk baa tau
bermain dengan cara membuka dan menutup kedua matanya dengan telapak tangan
secara berulang – ulang.
3. Bimbing
anak untuk merangkak melewati terowongan tirun yang dindingnya memiliki beragam
warna secara berulang sesuai minat anak.
4. Ajak
anak untuk membuat gelembung udara dengan berbagai ukuran dari air sabun.
Lakukan ini sesuai minat anak.
5. Ajak
dan temani anak bermain petak umpet. Lakukan permainan untuk beberapa lama
sesuai minat anak.
6. Ajarkan
dan praktekkan kepada anak tentang penggunaan sun glasses atau kacamata hitam untuk melindungi mata dari sinar
matahari.
7. Ajak
dan temani aak bercermin atau melihat muka dan dirinya sendiri dalam cermin
untuk beberapa saat sesuai mood anak. Untuk beberapa lama,, berikan kesempatan
padanya untuk apa saja yang ia mau di depan cermi.
8. Nyalakan
sebuah lampu senter lalu arahkan ke salah satu benda yang ada di dalam ruma
lalu bujuk anak untuk terus – menerus memandangi benda atau objek yang terkena
pancaran cahaya lampu senter tadi. Lakukan selama 2-3 menit untuk menghidari
mata anak menjadi lelah. Lalu ulangi kembali beberapa kali.
9. Ajak
anak untuk masuk ke dalam kamar. Lalu padamkan lampu dan nyalakan kembali
setelah beberapa lama. Lakukan sekitar 4-5 menit dan usahakan agar anak tidak
merasa takut lalu berteriak histeris atau bertindak agresif.
10. Dan
lain – lain.
Stimulus
Reseptor Indra Pendengar
Fungsi
indra pendengar pada setiap individu sangat vital. Keberadaannya membuat setiap
individu dapat merasakan berbagai sensasi bunyi, yang menyenangkan ataupun yang
tidak menyenangkan.
Suara
yang dikeluarkan oleh suatu benda bahkan dapat menjadi cirri khas setiap objek
di sekitar kita, baik yang berup makhluk hidup seperti hewan maupun benda mati
lainnya yng memang dirancang memiliki fitur suara, contohnya handphone,
walkman.
Indra
pendengar yang berfungsi cukup lemah pada sebagian besar anak autisma membuat
mereka kehilangan kemampuan untuk mengindra suatu benda tanpa harus melihat
wujud atau fisik benda tersebut. Bahkan, keterbatasan fungsi indra pendengar
ini membuat anak autisma mengalami disfungsi pada sistem motorik halus tubuhnya
dan sistem sensitivitas rasa. Sebagai betuk psikoterapi bagi indra pendengar
anak autisma, tersaji berbagai varian teknik bermain yang berkhasiat merangsang
ketajaman indra pendengar anak autisma berikut sensitivitasnya terhadap ragam
gelombang bunyi.
1. Bisikan
sesuatu ke telinga anak. Mulai dengan kalimat yang sederhana hingga kalimat
yang kompleks. Mulai dengan suara yang lembut atau perlahan sampai suara yang
cukup keras. Lakukan hal ini secara perlahan dan berulang – ulang untuk melatih
sesitivitas pendengaran anak.
2. Saat
anak hendak tidur, dendangkan lagu nina
bobo untuk sampai anak tertidur pulas. Terapi music diyakini dapat mengubah
gelombang otak sehingga menjadi rileks. Rileksasi pada otak juga membuat
seluruh otot dan saraf rileks dan balans.
3. Ajak
anak bermain lalu perdengarkan siulan yang berbeda – beda kepadanya. Amati
setiap respons yang diberikan oleh anak terhadap setiap ritme siulan. Lalu
peragakan dan ajarkan kepadanya cara bersiul sesuai nada yang ia senangi.
4. Sembunyikan
satu atau beberapa benda yang dapat mengeluarkan bunyi atau suara, seperti
kotak music atau weker. Kemudian, ajak anak untuk mencari dan menemukan beda
yang menjadi sumber sura atau sumber bunyi yang didengar oleh anak.
5. Ajarkan
kepada anak tata cara bertelepon atau berbicara dengan orang lain melalui
telepon. Jika anak terlalu agresif, dapat menggunakan telepon mainan yang
terbuat dari plastik atau alat lainnya yang berfungsi serupa seperti telepon.
6. Kumpulkan
beberapa alat musik yang Anda miliki. Kemudian, ajak dan ajarkan anak cara
memainkan setiap alat musik tadi. Lakukan hal ini sesuai minat dan mood anak
dengan pengontrolan yang ketat.
7. Jika
alat musik tidak tersedia, perdengarkan kepada anak berbagai jenis musik dengan
menggunakan earphone. Jika anak hanya
menyukai jenis musik tertentu, jangan memaksa untuk mendengarkan jenis musik
lainnya.
8. Selain
menggunakan media telepon, ajarkan pula kepada anak cara berkomunikasi dengan walky talky. Jika alat ini tidak ada,
Anda dapat membuatnya sendiri dari kaleng bekas yang diberi seutas tali. Hati –
hati agar kaleng tidak melukai anak. Lakukan hanya jika anak memiliki mood yang
baik.
9. Dan
lain – lain.
Catatan :
v Dalam
melakukan permainan, respon yang diberikan setiap anak akan berbeda – beda.
Oleh karena itu, diperlukan beberapa kali pengulangan dalam melakukan setiap
permainan. Waktu minimal yang disaranka adalah 4-5 menit.
v Pada
beberapa anak dimungkinkan terjadi respons buruk berupa perilaku agresif atau
hiperaktif. Untuk itu, diperlukan kesabaran dalam melakukan setiap teknik
permainan.
v Pastikan
kondisi ruangan atau kamar tempat bermain aman dari berbagai hal yang tidak
diinginkan. Perhatikan instrume ruangan yang berbahaya bagi anak, contohnya
panel listrik.
Stimulus Refleks Motorik
Gerakan
motorik anak autisma terkadang mengalami gangguan karena sensitivitas indra
yang juga terganggu. Dalam banyak hal, reaksi motorik halus dan kasar anak autisma
bahkan berlebihan karena persepsi anak autisma terhadap segala sesuatu yang
diterimana sama sekali berbeda dengan persepsi anak normal. Tercatat anak
autisma kerapa menganggap bahwa segala sesuatu yang ditunjukan kepadanya
merupan hal buruk yang perlu mereka hindari. Oleh karena itu mereka cenderung
enggan melakukan berbagai aktivitas bermain secara normal yang memerlukan
keterampilan dan koordinasi motorik yang baik.
Buruknya,
refleks motorik anak disebabkan oleh
rendahnya kadar precursor serotonin yang disebut triptofan sehingga berefek
pada tampilan perilaku anak yang
cenderung dintaranya agresif, tantrum, dan bahkan phobia terhadap berbagai
benda. Ada beberapa terapi untuk anak autisma :
1. Ajak
dan temani anak berolah raga dengan berlari – lari kecil seraya bergandengan
tangan. Jika kondisi anak memungkinkan bisa mengajaknya berlari lebih cepat
lagi dari sebelumnya. Lakukan hal ini hanya pagi hari.
2. Saat
anak terlihat tidak sedang tidak murung, ajak ia duduk berhadap – hadapan
dengan Anda. Lalu ulurkan tangan ke depan dan pegang kedua tangannya. Goyangan
tubuh Anda ke kiri dan kanan secara bergantian sampai anak ikut bergoyang
seperti Anda ke kiri dan ke kanan.
3. Ajak
anak berlari – lari kecil lalu buat permainan saling berkejar – kejaran.
Lakukan permainan ini hanya di ruang terbuka dan sesuai keinginan anak.
4. Dudukan
anak di atas pudak Anda lalu bawa serta berjalan – jalan mengitari ruangan atau
mengitari rumah. Pegang erat tubuh anak agar tidak terjatuh.
5. Gendong
anak di punggung lalu bawa serta diriya berlari – lari sekitar rumah. Usahakan
agar anak merasa nyaman dengan permainan ini. Lakukan minimal 4-5menit.
6. Ajak
anak untuk mencoba permainan menunggang kuda. Peragakan bagaimana cara dirinya
menunggangi punggung Anda seperti sedang menunggang seekor kuda.
7. Dan
lain – lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar