Sabtu, Februari 07, 2015

Teknologi yang digunakan di Black box



Black Box adalah sekumpulan perangkat yang digunakan dalam bidang transportasi – umumnya merujuk kepada perekam data penerbangan, yaitu Flight Data Recorder (FDR) dan perekam suara kokpit, Cockpit Voice Recorder (CVR) yang merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau ATC serta untuk mengetahui tekanan udara dan kondisi cuaca selama penerbangan.

 Gambar Black box


Awalnya ide pembuatan Black Box diambil dari sebuah alat tape recorder yang berukuran saku , untuk dilanjutkan menjadi alat yang merekam semua arus komunikasi dalam penerbangan. Alat rekaman ini kemudian dimasukkan ke dalam kotak baja yang kuat untuk menjaga agar tidak ikut hancur ketika kecelakaan pesawat.  Kotak ini kemudian dilapisi asbes tahan api sehingga kabel-kabelnya tidak ikut rusak karena panas.

Alat perekam data penerbangan ini , umumnya menggunakan pita perekam selayaknya kaset pada tape recorder . Namun perkembangan baru, kini telah digunakan FDR ataupun CVR yang merekam menggunakan chip memori khusus.

Muncul kekhawatiran pembicaraan para pilot selama penerbangan tersiar ke masyarakat umum dan disalahgunakan. Untuk mengatasi ini, dibuatkan komputer khusus yang disambungkan ke perekam. Dengan bantuan grafik, bisa dihasilkan gambar dari setiap kejadian.


Gambar komponen-komponen Blackbox

Dalam perkembanganya. FDR dan CVR tidak lagi menggunakan magnetic tape sebagai media penyimpanan informasinya melainkan dengan menggunakan Microchip Solid State. Hal ini dikarenakan beberapa keunggulan dibandingkan dengan magnetic tape diantaranya :
1. Solid state mampu merekam data FDR sekitar 700 parameter, sedangkan magnetic tape hanya sekitar 100 parameter.
2. Solid state mampu merekam data CVR selama 22 jam/siklus, sedangkan magnetic tape hanya mampu 30 menit/siklus.

Untuk dapat dianalisis, data dan FDR dan CVR dibaca dengan menggunakan peralatan dan piranti lunak khusus. Di Amerika Serikat, hal ini dilakukan di laboratorium badan keselamatan transportasi nasional National Transportation Safety Board (NTSB), yang memperoleh Read Out System dan Software dan pembuat Black Box. Proses ini dapat memakan waktu mingguan bahkan berbulan-bulan.

Hasil analisa dan Black Box bukanlah satu-satunya sumber untuk dapat menyimpulkan penyebab suatu kecelakaan. Para penyelidik di Indonesia yang dilaksanakan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) harus menggabungkan dan mengsinkronisasikannya dengan berbagai macam temuan lainnya untuk dapat menyimpulkan secara utuh dan komprehensif.

Badan Otoritas Penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration (FAA) mewajibkan pesawat terbang komersial merekam sedikitnya 11 hingga 29 parameter, tergantung dari ukuran pesawat yang kemudian aturan ini diperbaharui pada tanggal 17 Juli 1997. Pesawat yang dibuat sesudah tanggal 19 Agustus 2002 diwajibkan untuk memiliki Black Box untuk merekam sedikitnya 88 parameter.
 
Gambar Rekaman Data FDR dari American Airlines 587 yang Jatuh Pada 2001

FDR dan CVR mengumpulkan dan menyimpan data dari berbagai sensor pesawat dalam unit memori yang dirancang untuk bertahan hidup kecelakaan. FDR mencatat parameter penerbangan yang telah ditentukan, baik wajib maupun non wajib secara terus-menerus selama 25 jam. CVR menangkap semua suara di kokpit seperti percakapan, suara mesin, kebisingan roda pendaratan, suara peringatan dan transmisi radio secara terus menerus selama 30 menit.

Black box ini merekam 88 parameter wajib yang dikelompokkan dalam 11 grup yaitu waktu dalam GMT atau yang telah berlalu, altitude pesawat, kecepatan pesawat, akselarasi vertikal, magnetic heading, pitch attitude, roll attitude, flap position, tenaga tiap mesin, waktu tiap transmisi radio dan control column position atau control surface position.
 
Gambar Black Box Flight Recorder
Untuk membantu menemukan setelah kecelakaan pesawat yang terjadi di laut, keduanya baik FDR maupun CVR masing-masing memiliki perangkat perekam yang terpasang yang disebut sebagai Underwater Locator Beacon (ULB). Perangkat ini segera aktif segera setelah perekam dalam kontak bersentuhan dan tercelup air dan dapat terdeteksi sampai kedalaman sedalam 14.000 kaki. Semua perekam melalui tes yang tak terhitung jumlahnya.

Sebagai contoh, salah satu black box perekam, L-3 FA 2100 menjalani tes dalam kobaran api sampai 1.110 °C selama satu jam dan dalam panas 260°C selama 10 jam. Alat itu juga dapat bekerja pada temperatur minus 55°C hingga plus 70°C dan dapat merekam minimal 25 jam data penerbangan.
 
Gambar Ilustrasi Black Box milik pesawat Air France Kode Penerbangan 447
Data yang berasal dari FDR dan CVR ini lalu disimpan di memory boards di dalam Crash-Survivable Memory Unit (CSMU) – pelindung black box 1 memory yang berbentuk silindris. Dengan alat ini lebih dari 700 macam parameter data dapat disimpan. Crash Survivable Memory Unit (CSMU) berisi papan memori dikelilingi oleh isolasi termal baju besi dan baja yang dapat menahan dampak kecelakaan ribuan kali gaya gravitasi dan bertahan di laut pada kedalaman 14.000 – 20.000 kaki (4,270 m-6.096 m).

Seluruh data yang dikumpulkan oleh sensor-sensor di pesawat terbang di kirim ke Flight Data Acquisition Unit (FDAU) yang terletak di hidung pesawat. FDAU inilah sebagai perantara sebelum data di simpan dalam kotak hitam.
 
Gambar Cara Kerja Black Box


Tidak ada komentar:

Posting Komentar